Panggilan Solidaritas Gunung Semeru (1)

Seperti yang telah kita ketahui bersama, pada Sabtu sore tanggal 4 Desember 2021 telah terjadi erupsi guguran awan panas di Gunung Semeru. Mengetahui informasi tersebut Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS) segera membentuk tim pengkajian data melalui Divisi Solidaritas Relawan Kemanusiaan (SRK).

Tim kajian SRK yang beranggotakan Rm. Novan CM, Lasmidi, dan Andri berangkat ke lokasi bencana dari Surabaya lewat Malang pada minggu pagi (6/12/21). Dikarenakan akses jalan menuju lokasi bencana terjadi penutupan jalan di beberapa titik, membuat tim kajian baru tiba sekitar pukul dua siang di daerah Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur.

Pada malam pertama, tim menginap di salah satu rumah milik umat. Baru keesokan harinya tim kajian bergegas menuju ke Gereja Stasi St. Yusup Pronojiwo. Di sana tim bertemu dengan jaringan yang juga terlibat dalam tanggap bencaba erupsi Gunung Semeru. Berdasarkan koordinasi SRK bersama tim dari keuskupan Malang, akhirnya diputuskan untuk melakukan kerjasama. Salah satu hasil kesepakatan yaitu pembentukan Posko Bersama di Gereja St. Yusup Pronojiwo.

Selasa malam (7/12/21), datang pula Edo bersama dengan Rizal Afandi yang sering kali dipanggil dengan nama akrab Jojo. Mereka berdua langsung bergabung di posko bersama, dan kami saling bertukar informasi. Sedangkan di Surabaya, SRK mengadakan rapat koordinasi dangan relawan yang bersedia untuk tergabung bersama dalam tanggap bencana Gunung Semeru. Beberapa wajah baru pun ikut menghiasi rapat koordinasi tersebut. Berdasarkan hasil rapat koordinasi telah disepakati bahwa SRK akan tergabung di Posko Bersama Gereja St. Yusup Pronojiwo dan membuka Gudang Bantuan di Paroki Kristus Raja Surabaya.

Pembagian tugas pun berlangsung. Ada yang bertugas di Surabaya serta ada pula yang bertugas di Pronojiwo. Sampai dengan tulisan ini ditulis, kami masih terus melakukan kerja-kerja yang sifatnya bersinergi dan saling berkoordinasi dengan nada yang sama.

Selanjutnya tepat pada 9 desember 2021, Rm. Novan, Lasmidi, dan Andri kembali ke Surabaya untuk memberikan informasi singkat terkait kondisi lapangan. Tidak perlu waktu lama untuk beristirahat, keesokan harinya mereka bertiga kembali ke Posko Bersama dengan membawa tiga mobil bermuatan barang bantuan serta tambahan tenaga yaitu Tian dan Yohanes salah seorang relawan dari Lombok.

Sesampainya di Posko Bersama, kami langsung melakukan koordinasi untuk membentuk manajemen posko agar memiliki tujuan, sasaran, dan pola kerja yang seirama.

Berdasarkan data yang kami miliki, terdapat pengungsi yang tidak mau tinggal di posko pengungsian umum. Mereka lebih memilih tinggal di rumah kerabatnya yang masuk di zona aman. Selanjutnya, mereka kami sebut sebagai “Pengungsi Mandiri”. Karena jumlah yang banyak dan lokasi yang berpencar, mereka sering luput dari bantuan, sehingga kami memutuskan untuk fokus kepada mereka.

Langkah awal yang diambil adalah membuka dapur umum. Dapur umum mulai beroperasi sejak Sabtu, 11 Desember 2021. Tidak perlu diragukan lagi karena tenaga dapur umum terdiri dari Ibu-ibu relawan lokal yang pasti sudah tidak asing dengan aktivitas dapur. Perlahan namun pasti berdasar data terakhir rata-rata yang diproduksi sebanyak 350 bungkus nasi, dengan keterlibatan Ibu-ibu, OMK, dan Para Suster ALMA.

Selain dapur umum, kami juga membuka gudang barang untuk bantuan. Lokasi yang digunakan adalah tempat parkir gereja yang dibalut dengan terpal. Tenaga bantuan yang terlibat adalah OMK lokal, Relawan SRK, dan Relawan TSKKM (Tim Solidaritas Kemanusiaan Keuskupan Malang).

Tidak kalah penting dari semua posisi yang ada, kami juga memiliki Tim Kajian Lapangan yang bertugas mencari data Pengungsi Mandiri (terkait lokasi mengungsi, jumlah jiwa, asal, dan beberapa kebutuhan penunjuang hidup). Dengan adanya tiga pos kerja yang ada yakni dapur umum, gudang, tim kajian lapangan), maka dibentuklah pengembangan menejemen posko bersama, dengan pertanyaan dasar, “Siapa melakukan Apa?”. Hingga saat ini berkat bantuan pemikiran dari Rm. Sabas Kusnugroho, Pr aktivitas di Posko bersama Gereja St. Yusup Pronojiwo dapat berjalan dengan irama yang sama.

Penulis C. H. Winjaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *