Pengalaman Menjadi Relawan
Nama saya Tri Agustina, biasa dipanggil Lala. Saya berasal dari Boyolali, sama seperti ketua kita, Mas Heru. Sebelum saya memulai cerita, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman saya, Nurul Fajriyah, yang sudah mengajak saya untuk terlibat menjadi relawan SRK di Demak. Kami pertama kali dihubungi oleh Mas Tri untuk menanyakan kesiapan menjadi relawan. Setelah banyak ngobrol via chat, kami membuat grup WhatsApp untuk memudahkan komunikasi antar relawan.
Sebagai relawan baru, kami sempat bertanya apa saja yang perlu dipersiapkan untuk besok di Demak. Mas Tri menjawab bahwa yang penting adalah menjadi relawan yang “tahan banting” di semua situasi. Ternyata benar, kita memang harus tahan banting.
Kami bertiga (saya, Issha, dan Nurul) berangkat hari Senin, 4 Maret, dari Jogja. Kami naik kereta dan turun di Stasiun Semarang Tawang, lalu dijemput oleh Mas Heru dan Mas Yosep, tim dari SRK yang sudah seminggu berada di Demak. Sesampainya di Demak, kami ditempatkan di posko yang sangat bagus, di luar ekspektasi kami. Saya tadinya berpikir akan ditempatkan di tenda barak dengan kondisi seadanya, tetapi ternyata kami ditempatkan di rumah yang lengkap dengan kamar, dapur, dan perabotan lainnya.
Sore hari, kami berkumpul di posko dan disambut dengan sangat hangat oleh tim SRK dan OMK. Perlakuan tersebut membuat saya betah karena teman-teman sangat humble dan welcome. Di sini, saya menemukan berbagai karakter dari teman-teman baru di tim SRK. Ada Mas Yoseph yang sangat kocak, tetapi keren karena beliau ahli filsafat. Lalu ada Mas Heru yang awalnya terlihat seperti preman, tetapi ternyata sangat baik hati. Kemudian, ada Romo Aldo yang sangat lucu dan selalu aktif, dan Mas Anung, si cindo dari Purworejo yang ternyata punya banyak cerita dan pengalaman menarik, serta merupakan dosen yang sangat ahli dalam matematika.
Kami juga dibantu oleh OMK, termasuk Adryan, Thomas, Yossi, Yogi, Mario, dan teman-teman lainnya yang tingkahnya sangat random. Hari demi hari berlalu dengan membantu warga serta anak-anak sekolah. Namun, pada hari Jumat, kami mendapat kabar bahwa Mas Yoseph harus pulang ke Kediri karena ada kepentingan di kantor. Ini sangat menyedihkan karena kami harus berpisah di saat sudah akrab. Tapi kabar baiknya, Mas Yoseph digantikan oleh Mas Robert yang juga kocak, sehingga kesedihan kami terobati.
Saya merasa sangat beruntung bisa menjadi bagian dari relawan pasca banjir di Desa Wonorejo, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak. Ini merupakan kali pertama saya berpartisipasi menjadi relawan. Selain mendapatkan pengalaman berharga, saya juga belajar untuk mengedepankan nilai kemanusiaan. Baru pertama kali ini saya terjun ke lapangan dan melihat langsung kondisi pasca banjir yang sangat memprihatinkan. Tidak ada yang saya harapkan selain melihat senyuman para penyintas. Saya yakin semua relawan merasakan hal yang sama seperti saya.
Tak terasa sudah seminggu kami di Demak dan sudah tiba waktunya kami kembali ke rumah masing-masing. Kami harus berpisah dengan teman-teman yang sudah seperti keluarga, meskipun kami baru kenal di sini. Untuk tim SRK dan OMK, terima kasih sudah menerima saya yang berisik ini, yang kadang cuma bisa jadi tim hore tanpa bisa membantu lebih banyak. Terima kasih sudah memberikan banyak pelajaran dan manfaat untuk banyak orang. Sampai bertemu lagi.
Maturnuwun 🙂
Penulis : Tri Agustina