PENTINGNYA ETIKA DALAM RESPON KEMANUSIAAN
Kepedulian terhadap penyintas bencana adalah salah satu bentuk kemanusiaan yang paling mendasar. Namun, kepedulian yang efektif bukan hanya berupa bantuan fisik, melainkan juga memperlakukan penyintas dengan empati, martabat, dan penghormatan terhadap hak-hak mereka sebagai manusia. Dalam situasi bencana, di mana banyak orang mengalami kerentanan dan trauma, Solidaritas Relawan Kemanusiaan (SRK) harus memastikan bahwa kepedulian yang ditunjukkan mencakup aspek kemanusiaan secara holistik.

Hubungan relasi kemanusiaan dengan penyintas bencana menjadi wujud nyata dari empati, solidaritas, dan kepedulian antar manusia. Penyintas berada dalam kondisi sangat rapuh, rentan secara fisik dan emosional, sehingga hubungan kemanusiaan memainkan peran penting dalam membantu mereka pulih dari trauma. Kehadiran orang-orang yang mendengarkan, menghibur, dan memberikan rasa aman sangat diperlukan untuk membantu penyintas menghadapi trauma. Kehadiran ini adalah manifestasi empati yang memberikan penghiburan dan menumbuhkan harapan bahwa mereka tidak sendirian.

Dalam respons kemanusiaan SRK, pentingnya etika dalam berinteraksi dengan penyintas bencana selalu diutamakan. Dalam situasi kebencanaan, etika berperan besar dalam memastikan bantuan diberikan dengan hormat, bermartabat, dan tidak memperburuk penderitaan. Ada 10 (Sepuluh) nilai-nilai maupun prinsip yang menjadi landasan SRK:
1. Menjaga Martabat Penyintas, Penyintas bencana adalah individu yang berhak diperlakukan secara bermartabat, terlepas dari kondisi mereka. Bantuan yang diberikan tidak bersifat merendahkan, dan penyintas merupakan subjek, bukan objek, yang merupakan prinsip utama bagi SRK.
2. Respon berbasis Data, Data yang akurat memungkinkan SRK mendapatkan gambaran jelas mengenai skala bencana dan kebutuhan para penyintas. Informasi seperti jumlah korban, lokasi terdampak paling parah, serta jenis bantuan yang diperlukan dapat diperoleh melalui pengumpulan data (assessment) yang dilakukan sejak awal. Dengan melakukan pendataan awal, SRK dapat menyusun dan melaporkan situasi terkini selama kondisi bencana. Hal ini memungkinkan SRK untuk memberikan rekomendasi terkait keterlibatan, apakah situasi tersebut memerlukan partisipasi SRK atau tidak.

3. Fokus pada Tujuan Kemanusiaan, Bantuan bencana harus tetap berfokus pada satu tujuan utama, yaitu meringankan penderitaan dan membantu penyintas memulihkan diri. Penggunaan simbol-simbol keagamaan, kelompok, atau politik dapat mengalihkan perhatian dari misi kemanusiaan tersebut. SRK mengantisipasi kemungkinan munculnya persepsi bahwa bantuan diberikan dengan motif keagamaan, kepentingan politik, atau kelompok tertentu. Dengan meninggalkan atau menanggalkan lambang-lambang tersebut, kita menjaga integritas dan fokus pada bantuan kemanusiaan yang diberikan serta memastikan bahwa tujuan utamanya murni untuk kesejahteraan penyintas
4. Menghormati Nilai-Nilai Budaya, Kearifan lokal sering kali mencakup nilai-nilai budaya yang mendalam, termasuk cara-cara tradisional dalam mengatasi krisis. Menghormati nilai-nilai ini, yang berdasarkan pengalaman dan tradisi komunitas, merupakan hal yang wajib dipatuhi dan dijalankan oleh SRK. Misalnya, beberapa komunitas memiliki ritual atau praktik khusus dalam menghadapi bencana. Dengan menghormati nilai-nilai ini dalam respon kemanusiaan, relawan di bawah SRK menunjukkan bahwa mereka menghargai dan menghormati identitas budaya penyintas

5. Menjaga Privasi dan Kerahasiaan, Dalam memberikan bantuan, informasi pribadi penyintas sering kali terungkap, seperti kondisi kesehatan atau pengalaman traumatis. Etika menuntut supaya kita menjaga privasi dan kerahasiaan ini, bukan hanya untuk kepentingan hukum, tetapi juga untuk menjaga kepercayaan dan rasa aman penyintas. Privasi mereka harus dihormati, dan informasi tidak boleh digunakan untuk keuntungan pribadi maupu golongan tertentu.
6. Menghindari Eksploitasi Penyintas, Di era media sosial, ada kecenderungan membagikan semua hal, termasuk kegiatan kemanusiaan. Walaupun berbagi informasi dapat memotivasi orang lain, SRK berhati-hati agar tidak terkesan menggunakan penderitaan penyintas untuk pengakuan atau popularitas. Oleh karena itu, dokumentasi foto dan video SRK lebih berfokus pada kegiatan bersama, bukan pada momen bantuan langsung.
7. Bantuan yang sesuai Kebutuhan Penyintas, Dalam membantu penyintas bencana, penting untuk memahami kebutuhan mereka, bukan sekadar memberikan apa yang menurut kita perlu. Etika mengharuskan SRK mendengarkan dan berempati dengan penyintas agar bantuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan nyata.

8. Perlakuan Setara dan Adil, Respon kemanusiaan SRK menuntut perlakuan adil tanpa memandang latar belakang sosial, agama, etnis, atau status ekonomi. Bantuan harus diberikan tanpa diskriminasi. SRK, meski terbatas kapasitasnya, berusaha memastikan semua penyintas di lokasi bencana yang terjangkau SRK mendapatkan bantuan yang adil.
9. Pendampingan dan Dukungan Psikososial, Selain bantuan materi, penyintas membutuhkan dukungan emosional yang etis dan tepat sasaran. Penyintas sering mengalami trauma mendalam dan membutuhkan pendampingan psikososial yang empatik. SRK melakukan pendekatan personal maupun kelompok untuk lebih memahami dan mendampingi penyintas dalam kondisi emosional yang rentan

10. Pemberdayakan Penyintas, Kepedulian yang memanusiakan adalah kepedulian yang memberdayakan. Selama ini, SRK tidak hanya memberikan bantuan sementara, tetapi juga berupaya membantu penyintas untuk bangkit dan memulihkan kehidupannya. Penyintas diikutsertakan dan dilibatkan dalam proses saling membantu antar sesama penyintas. Keterlibatan ini bukan hanya bentuk dukungan, tetapi juga menumbuhkan rasa saling peduli yang memperkuat semangat mereka. Dengan cara ini, penyintas merasa lebih berdaya, percaya diri, dan mampu mengatasi tantangan yang muncul setelah bencana. Dengan memberdayakan mereka, kita menjadikan penyintas sebagai bagian dari solusi, bukan sekadar penerima bantuan.

Secara keseluruhan, etika dalam berinteraksi dengan penyintas bencana adalah kunci bagi SRK untuk memastikan bantuan yang diberikan benar-benar bermanfaat, tidak memperburuk penderitaan, dan memberikan rasa aman serta penghormatan. Dengan mengutamakan etika, SRK tidak hanya membantu secara fisik, tetapi juga menjaga martabat dan kesejahteraan penyintas sebagai manusia yang berharga dan tidak meninggalkan nilai-nilai budaya maupun kearifan lokal yang ada
By : Dadik Kusmadi (Heru)
Koordinator SRK