Perlukah Imbal Balik Bagi Relawan?

Judul di muka adalah satu pertanyaan yang acapkali disinggung beberapa kali dalam setiap perbincangan santai para relawan; bahkan dalam suatu kegiatan pelatihan yang baru saja lewat, salah satu pemateri membahasnya secara khusus.

Silang pendapat di antara peserta tak bisa dielak. Ada yang setuju dan ada yang tidak; yang setuju berpendapat bahwa relawan tak perlu diberikan imbal balik dalam bentuk hal-hal materil, sebab ketika seseorang menyediakan diri untuk menjadi relawan, niscaya sudah pasti ikhlas lahir dan batin. Pendapat ini mengasumsikan pendapatnya pada asumsi teologis yang menyatakan bahwa membantu sesama manusia tanpa pamrih adalah hal yang mutlak, sebab nilai-nilai moral dan agama mewajibkannya.

Yang tak setuju menekankan bahwa relawan butuh imbal balik berupa uang atau upah. Pendapat kedua ini mengasumsikan keyakinannya dalam koridor kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi, misalkan uang yang bisa digunakan untuk membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Kurang lebih begitulah dua pendapat yang tersirat dari silang pendapat yang terjadi. Dalam konteks bencana, dua pendapat tersebut mengandung kadar kebenarannya masing-masing.

Menilik dari pengalaman penulis dan para relawan, kedua asumsi tersebut sama pentingnya untuk direfleksikan. Itu disebabkan karena komplektisitas keadaan bencana secara mendasar sangat berbeda-beda dari banyak aspek. Seluruh nilai-nilai moral dan berbagai bentuk materialitas berguna sebagai penunjang batin serta fisik di lapangan.

Lalu, bagaimana kalau tidak dalam kondisi bencana? Apakah relawan perlu sejenis imbal balik yang serupa?

Banyak motif yang melatarbelakangi keterlibatan seorang relawan. Kepentingan mereka beragam: tuntutan lembaga, berkomunitas, belajar, numpang hidup, atau bahkan sekadar cari jodoh. Lepas dari itu semua, sebetulnya selalu ada rasa solidaritas yang bisa timbul tanpa kita sadari. Rasa solidaritas ini yang kelak merupakan bibit dari tumbuhnya kesadaran sosial yang baru bagi mereka. Maka dari itu dibutuhkan segala dukungan imateril dan materil untuk memupuk kesadaran sosial mereka di dalam suatu bencana maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang dimaksud dengan dukungan imateril adalah dukungan yang bersifat batin, yakni pada sisi mentalitas dan rohani. Bentuknya bisa berupa kegiatan dalam rekoleksi yang diadakan khusus untuk semua relawan. Dari rekoleksi diharapkan para relawan mendapatkan asupan iman dan mentalitas yang akan menguatkan rasa solidaritas mereka terhadap sesama.

Anggapan umum tentang maksud dari yang materil adalah apa yang berhubungan dengan uang. Anggapan itu tidak salah juga tidak benar sepenuhya. Secara ontologis, materialitas adalah dunia atau segala sesuatu yang berada di luar diri kita, yang secara fundamental mempengaruhi cara kita berpikir dan bertindak.

Dalam konteks kerelawanan, materialitas bisa saja disederhanakan menjadi segala sesuatu yang menyangkut dan berpengaruh dalam sendi kehidupan pribadi relawan. Selain (bukan) uang tentunya, ada banyak bentuk imbal balik yang bisa diberikan pada relawan; misalkan dukungan akademis, bahan-bahan kebutuhan pokok, pelatihan-pelatihan kerja dan sebagainya, yang dilandaskan pada kategori-kategori rasional.

Dengan adanya imbal balik, kelak suatu saat kita bisa menciptakan ikatan solidaritas yang lebih intim di antara para relawan itu sendiri maupun di antara para relawan dengan SRK. Sebab, kalau dipikirkan dengan seksama, para relawan adalah pusat energi dari keberlangsungan gerak SRKā€”maka memanusiakan mereka dengan memberi suatu imbal balik yang cukup sederhana saja adalah tindakan baik yang bernilai di hari esok.

Andaikan saja relawan seumpama padi: dimulai dari benih; yang kemudian ditanam dengan ikhlas; kemudian diberi pupuk terbaik; kemudian disiram dengan air jernih yang mengalir deras; lantas dirawat dengan rasa memiliki yang besar; dan pada akhirnya semua manusia akan bisa menikmati hasil panennya.

Memberikan imbal balik atau tidak, bukanlah hal yang harus dijawab malam ini atau hari Senin depan, tetapi persoalan itu tetap layak mendapatkan tempat khusus di benak kita semua.

Darius Tri Sutrisno

(Relawan SRK)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *