Kebersamaan dan Rencana Aksi Nyata ‘Nature is Calling’

Pada tanggal 31 Agustus, saya memutuskan untuk ikut serta dalam acara bertajuk “Nature is Calling” yang diselenggarakan oleh Solidaritas Relawan Kemanusiaan (SRK) di Claket. Acara ini adalah salah satu bentuk kegiatan alam yang menarik perhatian saya, terutama karena melibatkan banyak peserta dan berfokus pada kepedulian terhadap lingkungan dan kebencanaan. Pada hari keberangkatan, lebih dari 50 peserta berkumpul di Sekber YKBS di Jalan Simo Pomahan. Sesuai jadwal, kami berangkat menuju lokasi perkemahan sekitar pukul 14.20 dengan truk TNI. Perjalanan ke Claket terasa nyaman dan lancar, membuat saya semakin bersemangat untuk memulai petualangan ini.

Sesampainya di lokasi perkemahan, kami dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendirikan tenda. Saya ditempatkan satu tenda dengan Raihan, seorang mahasiswa dari UC, dan Willy, siswa SMA St. Louis. Setelah selesai mendirikan tenda, suasana semakin akrab di antara kami. Tenda kami menjadi tempat berbagi cerita dan canda sebelum melanjutkan kegiatan berikutnya. Malam hari, kami semua berkumpul untuk makan malam bersama. Ada perasaan hangat dan kebersamaan yang begitu kuat saat kami duduk bersama, menikmati makanan di tengah suasana alam terbuka. Setelah makan malam, kami diarahkan ke lapangan untuk mengikuti sesi sharing dari beberapa relawan SRK, yaitu Romo Aldo, Mas Heru, Bro Diaz, Dokter Fanny dan Mba Vero. Mereka menceritakan perjalanan mereka dalam bergabung dengan SRK dan kontribusi SRK dalam penanganan bencana alam. Kisah-kisah mereka sangat inspiratif, membuat saya semakin menyadari pentingnya peran komunitas dalam membantu masyarakat yang membutuhkan.

Setelah sesi sharing, setiap kelompok diberi kesempatan untuk menampilkan pertunjukan yang telah dipersiapkan. Pertunjukan ini bukan hanya hiburan, tetapi juga menjadi ajang untuk menunjukkan kreativitas dan kekompakan kelompok. Usai pertunjukan, kami diberikan waktu bebas sebelum akhirnya beristirahat. Saya memilih untuk berbincang santai dengan Bro Diaz dan Mbak Karina hingga tidak terasa subuh tiba, Keesokan subuh, kami bersiap untuk mendaki Puthuk Kentongan. Perjalanan dimulai saat langit masih gelap dan suhu dingin, tetapi semangat tetap tinggi. Setibanya di puncak, pemandangan matahari terbit yang spektakuler menyambut kami, seolah membayar semua kelelahan. Selain itu, diadakan juga misa bagi peserta yang beragama Katolik karena hari pendakian bertepatan pada hari Minggu, misa ini dipimpin oleh Romo Aldo. Momen ini menambah keheningan dan keagungan suasana, memberi kesempatan untuk merenung dan bersyukur atas segala berkat yang telah diberikan di tengah keindahan alam.

Setelah menikmati momen tersebut, kami kembali turun ke perkemahan untuk sesi refleksi. Sesi ini memberi kami kesempatan untuk merenungkan kegiatan yang telah kami lakukan sejak hari pertama, dilanjutkan dengan sesi diskusi untuk membuat rencana aksi nyata dalam tiga bulan ke depan.

Dalam kelompok saya, berbagai ide muncul, mulai dari kegiatan sosial hingga aksi lingkungan. Setelah berdiskusi, kami mengusulkan kegiatan bersih-bersih bibir pantai dan menanam pohon mangrove. Ide ini dipilih karena selain memiliki dampak positif, juga memungkinkan untuk melibatkan banyak orang. Setelah dipresentasikan kepada seluruh peserta, ide ini disepakati sebagai kegiatan yang akan direalisasikan

Selama acara ini, saya banyak belajar tentang pentingnya kerjasama, terutama ketika menghadapi perbedaan latar belakang di antara peserta. Meskipun berbeda, tujuan kami tetap sama, yaitu berkontribusi untuk kebaikan bersama. Pengalaman ini memperkuat rasa kebersamaan dan memperkaya wawasan tentang pentingnya peduli terhadap lingkungan dan sesama.

By : Oktafianus Candra

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *