Menemukan Hati Sebagai Relawan

Proses hidup yang dijalani tidak monoton akan diri sendiri, keluarga, pasangan ataupun pekerjaan, melainkan ada masyarakat sekitar yang membutuhkan untuk juga ada di proses itu. Mengapa demikian ? karena tidak bisa dipungkiri bahwa kini kehadiran orang-orang lain disekitar juga mensupport kita dalam berproses.

Mengijinkan diri sendiri untuk hadir ditengah-tengah mereka tanpa harus melihat ras, agama, usia ataupun strata yang mungkin hal itu sudah menjadi pembatas dinding yang besar oleh sebagian orang. Semesta mengijinkan untuk semua itu ada dan menjadi bagian dari proses kita bukan suatu kebetulan, melainkan sebagai bentuk pertumbuhan “Iman” melalui welas asih, sawang sinawang (toleransi) dan bentuk ucapan syukur kepada Semesta.

Saat diijinkan dan diberi kesempatan untuk menjadi bagian “relawan” di Yayasan Merah Merdeka, yang saat ini menjadi Sanggar Merah Merdeka (SMM) salah satu divisi di Yayasan Kasih Bangsa Surabaya (YKBS) saya merasa ada value tersendiri yang sangat mengafirmasi hidup saya untuk semakin bisa berdampak bagi sesama yang membutuhkan. Kenapa demikian ? karena esensi dari panggilan Vincensian ialah hidup bersama kaum papah dengan membuntuhkan hidup dalam karya dan pelayanan bagi masyarakat sekitar yang membutuhkan, seperti orang-orang miskin, cacat, tuna rungu, tuna grahita, tuna wicara, para pengungsi, para orang tua yang sudah tidak memiliki keluarga, anak-anak yatim piatu, pendidikan bagi anak-anak khusus dan anak-anak jalanan, sehingga ketika saya bisa merasakan dan berjumpa dengan mereka, maka saya juga merasakan perjumpaan dengan Sang Pemilik Hidup.

Sejak SMA kelas 1, saya sudah bergabung di SSV (Serikat Santo Vincentius) menjadi relawan dalam pendampingan pendidikan anak jalanan di Rumah Singgah Simo sampai menjadi mahasiswa semester 4. Selanjutnya juga terlibat menjadi relawan tanggap bencana yang saat ini menjadi Solidaritas Relawan Kemanusiaan (SRK), waktu itu terlibat dalam pendampingan para pengungsi di bencana Jogja dan Kelud-Kediri bersama Rm. Wawan. CM dan teman-teman relawan yang lain. Berproses bersama orang-orang hebat yang notaben juga punya banyak kepentingan, namun mereka tetap mengutamakan oranglain dalam bentuk pelayanan yang penuh kasih dan kesederhanaan. Dari sinilah saya suka menjadi relawan walau sempat fakum (off) karena sdah berkeluarga namun di sela-sela aktifitas pekerjaan dan keluarga saya tergabung kembali menjadi relawan di SRK

Bagi saya, menjadi “relawan” tidak harus memiliki keistimewaan tertentu, melainkan dapat memberikan waktu dan tenaga untuk membantu orang lain secara sukarela dengan memberikan tenaga, kemampuan, dan waktu tanpa harus mengharapkan dan mendapatkan imbalan berupa upah atau keuntungan tertentu. Seperti gambar nasi bungkus ini, dia sangat bermanfaat untuk orang yang membutuhkannya tanpa harus dilihat menu apa yang ada di dalamnya atau disajikan dalam bentuk apa, yang penting “kenyang dan bisa menjadi energi”. Begitulah filosofi sederhana untuk menjadi seorang relawan seperti saya. Bisa memberikan kontribusi secara nyata dalam suatu kegiatan untuk membantu sesama yang paling membutuhkan dan pastinya ada kepuasan hidup tersendiri karena bisa saling membantu dan berbuat kebaikan, sehingga simpati dan empati atas kesulitan yang dirasakan oleh orang lain juga bisa kita rasakan, serta menjadi pengalaman hidup yang sangat berharga dalam kehidupan yang positif secara sosial.

Tetaplah semangat melayani dan berdampak kepada sesama, tanpa melihat “siapa saya dan siapa kamu!”

By : Veronika Ria PN

Relawan SRK

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *