Secangkir Kopi, Sebatang Rokok, dan Sebuah Panggilan untuk Berbagi

Siang itu, seperti biasa, saya menikmati waktu istirahat di belakang kantor, tempat biasa kami nongkrong sambil menyeruput secangkir kopi dan mengisap sebatang rokok. Suasana yang tenang dan santai mendadak berubah ketika Mas Heru menyapa saya. “Nanti sore kita ada koordinasi dengan Romo Aldo CM, ya. Ada acara dari Orang Muda Katolik Hati Kudus Yesus Surabaya (OMK HKY). Romo bakal jadi pembicara di talk show mereka,” katanya. Saya menoleh penasaran dan Mas Heru melanjutkan, “Temanya Skill Building Through Volunteering, dan karena ini sangat berkaitan dengan dunia kerelawanan, Romo mengajak kita untuk ikut serta. Soalnya, kita kan dari Divisi SRK (Solidaritas Relawan Kemanusiaan) Yayasan Kasih Bangsa Surabaya.”

Pada sore harinya, Romo Aldo CM datang ke kantor untuk melakukan briefing acara. Saat itu, saya dikejutkan dengan permintaan Romo. “Di sesi saya nanti, saya akan sisipkan sharing pengalaman relawan. Kamu yang cerita, ya? Kan kamu baru pulang misi dari Papua. Ceritakan pengalamanmu di sana.” Jujur, ini akan menjadi pertama kalinya saya berbicara di depan banyak orang. Rasa takut, canggung, dan gugup langsung menyergap saya. Namun, saya mencoba meyakinkan diri sendiri: “Ini kesempatan. Ini bukan tentang saya. Ini tentang berbagi.”

Hari H Tiba

Kami tiba lebih awal di Gereja HKY, sekitar pukul 17.00 WIB. Acara memang baru dimulai pukul 19.00 WIB, tetapi Romo Aldo harus memimpin misa terlebih dahulu pada pukul 18.00 WIB. Acara talk show ini bertempat di aula gereja, dan dihadiri sekitar 50 orang anak muda yang penuh semangat. Acara dibuka dengan hangat oleh MC dari OMK HKY. Sebelum sesi serius dimulai, Mas Agus dari PPS memecah ketegangan dengan ice breaking yang berhasil membuat suasana menjadi cair dan penuh tawa. Energi yang terasa begitu hangat, muda, dan penuh harapan.

Kemudian, Romo Aldo CM mengambil alih panggung dan membahas tentang apa itu kerelawanan serta bagaimana menjadi relawan yang hadir tidak hanya secara fisik, tetapi juga dengan hati. Setelah itu, giliran saya dipanggil ke depan. Langkah kaki saya terasa berat, dan jantung saya berdegup kencang. Namun, begitu saya mulai bercerita, rasa gugup perlahan menghilang. Saya mulai menikmati setiap detiknya.

Saya berbagi tentang misi kemanusiaan di Papua, mengungkapkan tantangan yang saya hadapi serta kebahagiaan yang tak bisa diungkapkan saat melihat senyum anak-anak di sana. Saya juga berbagi tentang ketakutan awal saya sebelum terjun ke misi ini: takut tidak cukup berguna, takut tidak bisa beradaptasi, takut gagal. Namun, semua ketakutan itu runtuh ketika saya benar-benar menjalani misi tersebut. Saya menyadari bahwa kerelawanan bukan hanya tentang membantu orang lain, tetapi juga tentang menumbuhkan diri. Saya menemukan keberanian yang selama ini tersembunyi, menemukan kekuatan untuk berbicara, dan merasakan makna hidup yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Menemukan Makna dalam Berbagi

Malam itu, di depan 50 orang muda yang menyimak dengan penuh perhatian, saya sadar bahwa saya tidak hanya membagikan cerita, tetapi juga sedang menyemai harapan. Sesi saya ditutup dengan tepuk tangan yang meriah, dan saya menarik napas lega. Saya berhasil melampaui batas diri saya sendiri.

Setelah acara selesai, kami berfoto bersama dengan Romo Aldo, peserta, dan teman-teman dari OMK HKY. Saya pulang malam itu dengan hati yang penuh rasa syukur. Semoga apa yang saya bagikan bisa menjadi inspirasi bagi mereka yang hadir, dan semoga semakin banyak anak muda yang berani menjawab panggilan untuk menjadi relawan. Karena dari kerelawanan, kita tidak hanya membangun dunia, tetapi juga membangun diri kita sendiri.

By : Andreas Jemmy Aquarista (team srk)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *