“Jurnalisme Investigasi di Garis Depan Kemanusiaan”
Sabtu malam, bersama Heru dari Solidaritas Relawan dan Kemanusiaan (SRK) yang membawa saya menuju Sekretariat Misi Umat Vinsensian Indonesia, Jumat 3/5/2024. Perjalanan kami cukup lancar, jalanan lapang ditunjang setiran Zidan (Driver) yang halus membuat saya sangat nyaman selama perjalanan di mobil.
Sesampainya kami di Sekretariat, bapak Gratianus Edwi Nugrohadi dosen Psikologi Universitas Widya Mandala Surabaya dan beberapa teman-teman relawan dari lembaga lain dari kota Kediri sudah datang terlebih dahulu. Kami pun berkenalan dan obrolan kami mengalir dengan ditemani sruputan kopi dan hisapan tembakau bagi mereka yang menikmatinya. Hembusan angin malam cukup kencang saya memutuskan untuk balik mundur terlebih dahulu ke ruang peristirahatan agar esok bisa menyambut pagi tanpa merasa kelelahan.
Malam telah menenggelamkan dirinya, giliran matahari yang terbit menampakkan dirinya. Saya menyeduh segelas kopi susu ditemani cookies dan aku merasakan kenikmatan pagi, nyaman sekali.
Kehadiran saya di Sekretarian Misi Umat Vinsensian Indonesia untuk memberikan Training for Volunteers dengan tema Integrasi Kaidah Jurnalisme Investigasi dan Psikilogi Komunikasi Dalam Proses Assessment pada 3-5 Mei 2024.
Di balik layar aksi kemanusiaan, ada para relawan yang tidak hanya menyebarkan kebaikan, tetapi juga menjalankan peran tak terlihat sebagai penjaga kebenaran. Itulah esensi dari pelatihan jurnalisme investigasi bagi para relawan kemanusiaan. Materi disampaikan tidak hanya sebagai bahan pembelajaran, tetapi juga sebagai pedoman dalam menjelajahi misteri dari kebenaran.
Saat langkah pertama diambil, jurnalis memasuki dunia di mana kebenaran seringkali tersembunyi di balik tirai tipis kebohongan. Dari teknik wawancara yang mendalam hingga analisis data yang cermat, setiap aspek jurnalisme investigasi diuraikan dengan penuh semangat.
Namun, pelatihan ini tidak hanya tentang keterampilan teknis. Di dalamnya, ada semangat membara untuk membela yang lemah, memberikan suara kepada yang tak terdengar, dan mengungkap ketidakadilan yang tersembunyi. Para relawan diajak untuk mengedepankan etika dalam melakukan kerja jurnalistik, mengingatkan bahwa pengetahuan adalah kekuatan, dan kebenaran adalah tujuan.
Tiga hari dua malam, para relawan kemanusiaan pulang dengan bekal yang jauh lebih dari sekadar keterampilan. Mereka membawa semangat dalam mengejar kebenaran, siap untuk melacak fakta di mana pun mereka berada, karena setiap cerita adalah panggilan untuk bertindak.
Pelatihan jurnalisme investigasi bagi para relawan kemanusiaan bukanlah sekadar pembelajaran, tetapi perjalanan menuju keberanian, keadilan, dan kebenaran. Itulah kegiatan yang tidak hanya memberi cahaya di tengah kegelapan, tetapi juga menjadi pilar moral bagi gerakan kemanusiaan di seluruh dunia.
By : Muni Moon (Jurnalis & Pendiri Adreenamedia)